Selasa, 24 Januari 2012

Another Rafa-Putri Story


TERNYATA AKU #1

Putri melangkahkan kakinya di koridor sekolah. Pandangannya menerawang ke ruang-ruang kelas yg ia lewati. Hampir saja ia menabrak seseorang yg berjalan berlawanan arah dengannya. Untung saja seseorang itu bisa menghindar.
“Heii, Put !kamu ngelamun ya ?? Orang secantik kaya gini aja sampe gak tau..“ omel seorang teman cewek.
“Kamu, Ris ?Apaan si kamu narsis banget. Sorry, abisnya aku masih kepikiran soal pelajaran tadi.” Jawab Putri bohong. Padahal tadi ia gak keliatan kesulitan atau apalah sama pelajarannya. Ia hanya merasa dilemma dengan dirinya sendiri. Entah kenapa ia merasa sepi. Ada sesuatu yg kurang dengan dirinya.
“Ooo…” Eris hanya mengangguk dan menggaruk kepala’ya. Tumben ni anak mikirin pelajaran, padahal kan ia juara kalo masalah pelajaran. Aneh banget ni anak. Pikirnya.
“Trus kamu mau ke mana ? Tumben sendirian, Rafael Mana ?” tanya Eris penasaran. Hampir seantero sekolah ini tahu, dimana ada Putri pasti ada Rafa. Mereka berdua sangat dekat, walaupun gak pacaran. Bisa dibilang mereka TTM lah kata Ratu alias Teman Tapi Mesra.

Namun TTM kali ini bukan Teman Tapi Mesra lagi, sekarang berubah Teman Tapi Menyiksa. Pemandangan saat itu sangat lain. Putri sendirian tanpa Rafa di sampingnya. Dan hal itu membuat Eris penasaran dan teringat gosip bahwa sekarang Rafa dekat dengan seorang cewek. Entah itu siapa.Banyak pertanyaan yg terngiang-ngiang di kepala Eris tentang hubungan Putri dan Rafa sekarang. Kenapa Rafa gak lagi sama Putri..?? Apa mereka lagi bertengkar, ada masalah ..? pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di kepala Eris.
“Rafa mana, Put..? kok gak sama kamu..?” tanya Eris penasaran.
“Gak tau, Ris. Mungkin dia lagi sibuk.” Jawab Putri dengan males.
“Oo..emm,,bener ya, Rafa udah jadian sama cewek itu..?” tanya Eris hati-hati takut menyinggung perasaan Putri.
Sejenak Putri diam, kemudian dia mulai bicara lagi.
“Gak tau ah, Ris. Itu urusan dia bukan urusanku, dan aku gak mau tau. Lagian dia kan bukan siapa-siapa aku. Ya udah, aku mau ke perpus dulu, ya..” ucap Putri seraya meninggalkan Eris yang masih bengong tak mengerti.
Di perpus pun Putri gak bisa konsen membaca. Ia teringat pertanyaan Eris tadi. Emang Rafa itu siapa aku.? Huh..mau deket atau pacaran sama siapa itu bukan urusan aku. Kenapa sih mereka pada nanya-nanya Rafa ke aku..?? batin Putri.
Memang sudah beberapa bulan ini Putri dan Rafa tak lagi terlihat bersama. Awalnya mereka berdua bagai amplop dan perangko. Putri merasa nyaman bila bersama Rafa karena dia pintar, baik hati, asik diajak ngobrol. Dia adalah sosok teman yg bisa berbagi suka maupun duka.
Putri hanya membolak-balik novel yang berjajar di rak perpustakaan.R asanya tak ada buku yang menarik hatinya. Setelah mengambil novel The Old Man and The Sea karya Ernest Hemingway, Putri segera mengambil tempat duduk. Baru beberapa halaman ia baca pikirannya kembali teringat peristiwa itu.
“Putri, aku ingin kamu tau satu hal,” ucap Rafa waktu itu.
“Oh yaa..?! apa yang gak aku tau tentang kamu..?” sahut Putri dengan nada bercanda.
“Kamu baik, kamu pintar, kamu cantik,,,,..” ucap Rafa sambil menatap dalam” Putri yang duduk di hadapannya. Hal ini membuat Putri salting.
Keadaan menjadi hening sejenak. Sampai akhirnya Rafa mengucapkan kata” yg membuat Putri kaget.
“Aku mencintaimu, Putri. Aku sayang sama kamu..” itulah pernyataan jujur seorang Rafa, tapi hal ini malah membuat Putri gak suka. Putri senang dengan Rafa, tapi ia hanya menganggap Rafa sahabatnya. Sudah banyak cowok yang suka padanya, tapi tak satu pun berhasil meluluhkan benteng keangkuhan Putri tentang perasaannya. Bahkan seorang Rafa yg terkenal dekat sekali dengan Putri pun belum bisa meluluhkan hatinya.
Tiba-tiba Putri melihat pemandangan yang membuatnya terpaku. Sepasang cowok-cewek sedang berakrab ria di dekat rak buku di perpustakaan. Putri menajamkan penglihatannya. Benar, itu Rafa. Gak salah lagi itu Rafa bersama seorang cewek.
Dia kah cewek yg dikabarkan dekat dengan Rafa..? apakah dia pacarnya..? tebak Putri dalam batin. Gak tau kenapa perasaannya tiba-tiba aneh setelah melihat pemandangan itu. Siapa pun dia , yg pasti Rafa memperlakukannya bak seorang Putri. Ia membawakan beberapa buku yg dipilihnya.
Putri segera pergi dari perpus.Ia berlari menuju taman. Entah kenapa hatinya terasa sakit, sesak sekali. Rasanya sangat terbakar melihat Rafa memperlakukan cewek itu dengan baik seperti yg biasa Rafa lakukan padanya. Ingin rasanya Putri menangis sekencang-kencangnya, biar semua orang tau apa yg ia rasakan sekarang. Namun yg keluar hanya tetesan air mata yg mengalir di pipinya. Ia duduk di kursi taman sendirian sambil meratapi kesedihannya.
Saat itu Eris melihat Putri yg duduk sendiri di taman, lalu ia menghampiri Putri. Dan Eris terkejut saat tau ternyata Putri sedang menangis.
“Put, kamu kenapa..? kamu kenapa nangis..? hahh..?” tanya Eris yg duduk di samping Putri.
“huuhuuuhuu,” Putri hanya menangis tersedu sambil memeluk Eris sahabatnya itu.
“Kamu kenapa, Put..? ada masalah apa..? cerita sama aku..?” tanya Eris lagi yg semakin khawatir karena Putri malah semakin menangis.
Putri belum juga menjawab, ia hanya sesenggukan menangis dipelukan sahabatnya itu.
“Udah, kamu puasin dulu nangisnya, lalu kamu baru cerita sama aku,” ucap Eris menenangkan Putri.
Setelah dirasa cukup tenang Putri mulai cerita sama Eris apa yg terjadi.
“Ris, aku gak tau kenapa kayak gini..” curhat Putri.
“Ada apa Put, kenapa..?? kayanya kamu lagi ada gejolak dengan hati kamu.. cerita dong sama aku..siapa tau aku bisa bantu.” Ucap Eris.
“Aku gak tau kenapa..tiba2 dada ini terasa sesak, hati terasa sakit banget..” kata Putri seraya menyenderkan tubuhnya di kursi..
“Gak mungkin ada akibat kalo gak ada sebab, Put. Sekarang kamu jujur sama aku. Ada apa sebenarnya..?” tanya Eris yg semakin penasaran dengan keadaan sahabatnya itu.
“sebelumnya aku mau tanya, kalo kita melihat sepasang cowok-cewek sedang jalan berdua, terlihat deket banget, trus hati kita tiba” terasa sakit ketika melihat’ya, apa itu nama’ya..?” Putri mulai cerita’ya.
“itu tanda’ya kita cemburu, kita punya perasaan sama cowok itu, karna ketika melihat dia bersama seseorang yg lain, serasa hati kita terbakar,. Yaa itu nama’ya CINTA..” jawab Eris.
“Cinta..??”Jawab Putri terkejut.
“Iya, Put. Itu naman’ya cinta, karena seseorang yg selama ini dekat sama kita tiba2 dekat sama orang lain, trus hati kita merasa tak tenang, itu namanya cinta. Emang kenapa Put.? Siapa yang lagi jatuh cinta..?” tanya Eris penasaran.
“Ohhh,, ituu…emm,,” Putri bingung mau cerita.
“Jangan-jangan kamu yang lagi jatuh cinta. Iya kan, Put..?” Eris menebaknya dengan melihat raut muka Putri yang sendu sedari tadi.
Putri menghela nafas, kemudian ia mulai cerita sama Eris apa yang sebenarnya terjadi.
“Gini ceritanya Ris. Tadi waktu aku ke perpus, aku ga sengaja liat Rafa sama seorang cewek, entah itu siapa aku gak tau. Rafa memperlakukan cewe itu baik banget, penuh perhatian, trus..” belum sempat meneruskan ceritanya Eris memotong cerita Putri.
“Berarti kamu cemburu sama Rafa, kamu suka sama Rafa, Put.? Haah, iya kan..?” sanggah Eris yang membuat Putri bingung menjawabnya.
“Aku gak tau Ris, apa aku suka sama Rafa atau gak. Yang pasti tiba-tiba dada ini terasa sesak waktu liat mereka berdua. Aku juga merasa menyesal waktu dulu Rafa nembak aku, aku tolak. Betapa bodohnya aku menolaknya.” Kata Putri sambil meneteskan airmatanya lagi.
“Apa, Put,,?? Rafa udah pernah nembak kamu, tapi kamu tolak..? kenapa Put, kenapa kamu menolaknya..? alasan apa yang membuat kamu menolak seseorang yang sangat care sama kamu..?” Eris merasa kaget dengan pernyataan Putri dan melontarkan beberapa pertanyaan kepada Putri.
“Aku tau, aku yang salah, Ris. Dulu aku terlalu egois, tidak memikirkan perasaan orang lain. Aku hanya ingin menjaga persahabatan ku dengan Rafa, aku takut persahabatanku sama Rafa rusak karena perasaan yang belom tentu benar. Aku takut Ris, takut ngecewain dia, takut dia ninggalin aku. Maka’ya aku menolak dia. Dan sekarang di saat aku mulai merasakan perasaan itu, dia sudah milik orang lain. Seseorang yang sangat beruntung memilikinya.” Ucap Putri sembari menundukkan kepalanya.
Eris yang tak tega melihat sahabat’ya sedih terluka, ia memeluk Putri dan menasehatinya.
“sekarang kamu tenang dulu. Aku tau gimana perasaanmu saat ini.Gak ada yng bisa disalahkan saat ini. Yang bisa kamu lakukan adalah kamu minta maaf sama Rafa atas sikap kamu yang dulu. Masalah cewe itu, kita belom tau apakah dia pacarnya atau bukan. Jadi kamu jangan sedih ya.”
“aku malu Ris harus minta maaf sama Rafa. Aku seperti cewe lemah yang tiba-tiba minta maaf atas sikap aku yang konyol itu. Aku gak sanggup, Ris.” Jawab Putri yang masih menangis.
“Putri, minta maaf itu bukan hal yang memalukan, tapi kamu ngelakuin ini buat memperbaiki hubungan kamu dengan Rafa, toh kalo nanti hanya sebagai sahabat, paling gak hubungan kamu sama Rafa gak sedingin ini. Aku di sini selalu mendukung kamu, Put.” Eris mencoba memberi semangat Putri.
“Makasih Ris, kamu memang sahabat aku yang paling baik. Kamu mau mendengar semua keluh kesahku selama ini.”Putri mengusap airmatanya.
Mereka berdua beranjak dari taman, tapi tiba” Putri bertemu pandang dengan Rafa sama cewe disampingnya. Putri mau menghindar tapi gak bisa, akhirnya ia mencoba menyapa dulu.
“Hai, Raf.” Kata Putri, sembari tersenyum agak berat.
“Hai juga, Put. Eh, kenalin ini bidadariku.”Jawab Rafa sambil mengenalkan cewek disampingnya.
“Hai, aku Gladis.” Jawab Gladis sambil mengulurkan tangannya.
“Putri.” Jawab Putri dengan perasaan yang tak tentu. Serasa ada bom yang meledak di hatinya. Pertanyaan yang selama ini membuatnya dilemma terjawab sudah. Bahwa Gladis adalah benar 2 pacarnya Rafa. Bahkan Rafa memanggilnya dengan sebutan bidadari. Antara percaya dan gak percaya, secepat itukah perasaan Rafa berubah..? Putri mencoba tetap kuat dengan tetap menunjukkan raut wajah tersenyum. “Raf, aku minta maaf ya, atas sikap aku yang kemaren. Maaf kalo itu membuat kamu gak enak. Ya udah, aku balik ke kelas dulu ya. Baik-baik ya kalian. ”Putri pergi meninggalkan Rafa dan Gladis, yang kemudian diikuti Eris yang khawatir dengan keadaan Putri.
“ya, Put. Gak papa kok, aku ngerti. Ya udah. ”Ujar Rafa tanpa melihat kesedihan yang terpancar dari raut wajah Putri. Tapi di sini Rafa bingung dengan kata-kata Putri, “Baik-baik ya kalian” maksudnya apa ya..? pikir Rafa.

Di kelas, Putri tak bisa menahan kesedihannya, di saat dia mulai menyadari perasaannya kalo dia mencintai Rafa, di saat itu juga Rafa sudah memilih seseorang lain yang ia sayangi. Ingin rasanya ia teriak. Eris datang dan menghampiri Putri. Putri yang tau kedatangan Eris, cepat-cepat menghapus airmatanya.
“Putri, kamu gak papa kan..?” tanya Eris yang khawatir dengan keadaan Putri setelah kejadian tadi.
“Aku gak papa kok, Ris.  Kamu gak usah khawatirin aku.” Jawab Putri sambil tersenyum, menyembunyikan kerapuhan hatinya.
“Beneran kamu gak papa, setelah apa yang kamu dengar tadi..?” tanya Eris yang gak percaya dengan ucapan sahabatnya itu.
“aku gak papa beneran deh. Liat ni, aku gak papa kan.” tukas Putri dengan sedikit tersenyum meyakinkan Eris kalo dia gak papa.
“ya udah kalo gitu, aku khawatir kamu kenapa-kenapa. Kalo ada apa” aku siap menjadi tempat keluh kesahmu.” Kata Eris.
“siipp..” jawab Putri. Ya udah aku pulang dulu ya. Udah dijemput ni. Daa..
“take care ya, Put.” Sahut Eris.

Sesampainya di rumah, Putri langsung menuju kamar’ya.Ia membaringkan tubuhnya di ranjang dan memejamkan kedua matanya sejenak. Tanpa ia sadari airmatanya kembali mengalir di pipi manisnya. Setelah merasa agak baikan, Putri menuju taman belakang rumahnya dan membawa notebook snow whitenya. Ia duduk di bawah pohon yang rindang, kemudian ia mulai menulis diary onlinenya. Ia mencoba mencurahkan segala perasaannya yang bergejolak di diary onlinenya. Ditemani hembusan angin yang cukup mendukung. Pikiran Putri menerawang, mengingat peristiwa tadi, dan bagaimana sikap Rafa memperlakukan Gladis bak seorang bidadari. Dia tuliskan kata demi kata perasaan yang berkecamuk di hatinya, berharap dengan ini bisa membuat sedikit ringan beban perasaan yang cukup berat hinggap di hatinya saat ini. Di situ tertulis kata-kata yang bisa dikatakan menyentuh sekali dan siapapun yang membacanya pasti bisa ikut larut dalam makna kata-kata tersebut.

Meskipun aku bukan siapa-siapa
Bukan yang sempurna
Namun percayalah hatiku milikmu
Meski seringku mengecewakanmu
Maafkanlah aku
Wahai kekasih pujaan hati,,
Wahai cahaya mata,,
Sang waktu telah menyakitiku,,
Entah apa kau merasakan yang aku rasa,,
Cinta telah mengusik takwa di hatiku,,
Meluluhkan batu keangkuhan yang selama ini aku genggam,,
Cinta telah membukakan mata hatiku,,
Yang selama ini tertutup oleh benteng keangkuhan,,
Yang sekarang tertuju pada sorot mata polos,,
Penuh kasih sayang yang tulus,,
Putih bersih tanpa noda,,
Tanpa aku sadari, kau telah mengambil separuh hatiku,,
Dan sekarang baru aku sadari,,
Jika aku mencintaimu,,
Dengan kasih sayang yang tulus itu,,
Jujur, pernah ku ragu akan sikapmu,,
Dulu saat kau nyatakan perasaan itu,,
Ragu dengan perasaan yang aku rasa,,
Ku kira itu hanyalah bayangan semu,,
Tapi entah apa yang mendorongku,
Untuk yakin akan perasaan itu,,

Apalah arti sorot mata yang indah itu,,
Jika hanya menambah luka,,
Tanpa mampu memberi penawar,,
Apalah arti perasaan ini,,
Jika kau telah ada yang memiliki..
Kau sekarang tak sendiri,,
Hatimu sudah ada yang mengisi,,
Dan kini aku hanyalah seseorang yang bisa mengagumimu,,
Tanpa bisa memilikimu..
(bait pertama diambil dari lagu vidi aldiano “lagu kita”)

Putri mengakhiri bait puisi itu dan kemudian menghela nafas sejenak menikmati hembusan angin yang sedari tadi menemani kesendiriannya.
“Ya, Tuhan. Kenapa hal ini harus terjadi padaku.?” Dengan duduk manis Putri memejamkan matanya menikmati hembusan angin, ia melanjutkan kata-katanya.
“rasa ini sungguh sangat menyiksaku. Seakan lidah ini kelu untuk berkata, hati ini hampa untuk merasa.Gejolak batin yang aku alami saat ini sangat membuatku dilema. Ya Tuhan, berikan aku fatwa(petunjuk) untuk kebimbangan hati yang merana ini.” Seiring dengan itu, tangis Putri kembali pecah. Tetes demi tetes airmata itu jatuh.Ia sengaja menyendiri, supaya gak ada orang lain yang tau bagaimana perasaannya sekarang. Hanya dirinya, angin dan tamanlah yang tahu bagaimana perasaan Putri yang sebenarnya.
Putri menutup notebook snow whitenya, kemudian ia kembali ke rumah untuk meneruskan aktivitasnya.
Hari demi hari telah berlalu begitu saja. Putri juga bersikap biasa saja seperti tak pernah terjadi sesuatu. Walaupun dalam hati dia tersiksa dengan keadaan ini. Saat ia keluar dari ruang guru mau ke perpustakaan, ia kembali berpapasan dengan Rafael yang bersama Gladis. Ingin hati menghindar, tapi Putri tak bisa. Rafa yang pertama menyapa Putri.
“Hai, Put. Dari mana.?” Sapa Rafa dengan santai.
“Hai juga, Raf. Aku dari ruang guru, ada urusan dikit.” Balas Putri dengan tetap tersenyum. “kalian sendiri mau kemana.?”
“Kita mau perpus, Put, nyari bahan buat soal pelajaran tadi.” Tukas Gladis dengan nada sedikit manja dan merangkul tangan Rafa.
Melihat kejadian itu, Putri diam. Dan tiba-tiba Rafa memecahkan diamnya seketika.
“Kamu mau ikut gak.? Bareng sama kita. Sekalian belajar bareng.” Ajak Rafa.
(dalam hati Putri) “kenapa kebetulan gini sih,.? Gimana yaa..?
“Oow,,mau ke perpus. Kebetulan aku juga mau ke sana. Ya udah kita ke sana bareng.” *daaarr* Putri sendiri gak percaya dengan apa yang ia katakana tadi. Dengan hati kacau, ia bisa bicara seperti tadi.
Sesampainya di perpustakaan, Putri, Rafa dan Gladis mengambil beberapa buku dan langsung duduk. Rafa terlihat telaten mengajari Gladis yang sedari tadi minta bantuan Rafa. Melihat pemandangan itu, serasa ada peluru yang menembus relung hatinya. Ia teringat kembali saat-saat di mana Rafa memperlakukan’ya seperti yang ia lihat sekarang. Ingin rasanya ia memutar kembali waktu yang dulu ia lewati, sehingga ia mengatakan perasaan yang sekarang seakan menjadi duri yang menganai tangan yang lembut. Sakitt sekali.
Merasa tidak tahan melihat itu semua, Putri dengan segara pamit.
“Oya, aku duluan ya  ke kelas,.” Tutur Putri sambil berdiri bersiap mau keluar.
“Kamu udah selesai ngerjain tugasnya, Put..?” tanya Rafa yang mulai curiga dengan sikap Putri sambil mengerutkan kening.
“Udah kok,,aku udah dapet bahannya, nanti aku kerjain di rumah aja. Trus aku masih ada urusan lain.” Jawab Putri yang ia rasa berhasil menutupi kegundahan hatinya.
“Ooo, gitu..” sambil mengangguk-angguk, Rafa tanda mengerti.
“Ya udah, aku ke kelas dulu ya. Kalian lanjutin ngerjain tugasnya.” Ucap Putri yang masih bisa tersenyum.

Putri pun meninggalkan perpustakaan menuju kelas untuk menghindari hal tadi. Tapi tujuannya tidak seperti yang ia ucapkan tadi. Ia tidak langsung menuju kelas, tapi ia menuju taman sekolah. Dia ingin menenangkan sejenak perasaan’ya yang kembali kalut.
Cukup lama ia duduk di sebuah batu yang biasa di tempati anak-anak lain untuk bercengkerama.
Tiba-tiba ada yang menyentuh pundak Putri, dan saat ia menoleh ia terkejut dengan siapa yang datang.
“Rizki..??” tanya Putri yang masih tak percaya dengan orang yang ada di depannya.
“Haii,,” balas Rizki hanya dengan tersenyum.
“Ini bener-bener kamu..?” ucap Putri
“siapa yaa.? Rizki siapa sih..?” timpal Rizki mencoba ngerjain Putri.
“Huuhh, kamu itu yaa..dari dulu gak berubah..”  secara Reflek Putri memeluk Rizki karena kangen sudah lama ia tak berjumpa dan bertegur sapa dengan cowok yang ada di depannya. Bersamaan dengan itu, Rafa yang kebetulan lewat bersama Gladis melihatnya. Ia terdiam dan Gladis heran kenapa Rafa tiba-tiba berhenti.
“Raf, ada apa..?” ucap Gladis.
Rafa gak langsung menjawab, matanya terus tertuju pada Putri dan Rizki.


To be continue… Ternyata Aku #2

Fiction Story by: adm Yiga Pestin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar