Trouble Maker
KRINGGGGGGG.....!!!!
Suara alarm berbunyi, menunjukkan waktu jam 6 pagi. Tapi suara nyaring tersebut nggak bisa membangunkan 2 makhluk Tuhan paling seksi ini. Siapa lagi kalo bukan Bapak-Anak ter-cute sepanjang masa.
KRINGGGGGGG...!!!
Alarm kembali berbunyi, kali ini menunjukkan pukul 06.30. Bukannya bangun, mereka cuma merubah posisi tidur yang tadinya posisi berantakan kali ini makin amburadul.
Si imut Rafi tidur terlentang dengan posisi terbalik di bawah kaki Papanya.
KRINGGGGGGG....!!!!
Waktu menunjukkan pukul 06.45. Rafi berguling-guling mendekati Papanya, kemudian tidur lagi dengan posisi kaki terlentang di atas dada Papa.
Terrrrtttttt...
HP Rafa berdering.
Terrrtttttt…
Rafa meraba-raba mencoba mencari HP dengan mata yang masih terpejam. Di pegangnya sesuatu yang mungil di atas dadanya.
"Hallo?", jawab Rafa sambil menempelkan sesuatu ke telinganya. "Hallo?", ulangnya lagi sambil menarik benda itu n menempelkan ke telinganya. Nggak ada jawaban, yang ada cuma bau pesing yang entah dari mana asalnya.
Rafael, “???”
Rafa merabanya dengan mata terpejam. Lunak n lembut seperti daging.
Rafael, “???”
"Emang daging apaan yang bau pesing?", batin Rafa. Kemudian perlahan membuka matanya dan ternyata kaki mungil Rafi sudah mendarat di telinganya.
Rafael, “???”
Rafa segera memindahkannya n mencari HPnya. Setelah ketemu di raihnya HP yang masih berdering itu. "Hallo?", jawab Rafa mencoba rebahan lagi dengan Rafi yang masih dengan posisi semula.
"Hallo Pa? Udah berangkat belum?", suara Putri di seberang telepon.
"Kok kayak suaranya Mama ya? Hehe", jawab Rafa setengah sadar.
"Papa ni ngomong apa sie?! Udah berangkat belum?", tanya Putri.
"Kalo galaknya sie emang mirip", gumam Rafa.
"Papa ni ngomong apa sie?! Jangan bilang kalo Papa memang belum berangkat?!", bentak Putri.
"Berangkat? Emang berangkat kemana?", tanya Rafa bingung.
"Tuh kan bener! Papa memang belum berangkat!"bentak Putri. "Aduh Papa, udah jam berapa ni? Jangan bilang kalo Papa lupa kalo hari ini hari pertama Rafi masuk sekolah Pa!"bentak Putri sewot.
"HAH??", seketika Rafa bangun n melihat kanan kiri.
"Tau gini Mama nggak usah ikut syuting ke luar kota biar bisa nganterin Rafi masuk sekolah di hari pertama", gumam Putri.
"Iya-iya ni Papa bangun", Rafa segera bangun n bergegas menggendong Rafi ke kamar mandi. Tapi yang di gendong masih tertidur pulas.
Zzzzzzz...
Rafa segera menaruh Rafi di dalam bak mandi Rafi. "Ayo bangun sayang", Rafa menepuk-nepuk pelan pipi Rafi.
Karna masih ngantuk, Rafi nggak bisa menyeimbangkan tubuhnya sehingga goyang ke kiri n kanan saat Rafa membuka kancing bajunya. "Hoamhhh", Rafi menguap beberapa kali saat Rafa melepas bajunya.
Selang kemudian. "Aduh dingin Pa!", teriak Rafi seketika berdiri merangkul Rafa saat Rafa mengalirkan air dingin ke dalam bak mandi Rafi.
"Oh maaf sayang Papa lupa", Rafa buru-buru mengganti air dingin dengan air hangat agar Rafi bisa mandi.
Beberapa saat kemudian, terlihat tubuh Rafi penuh busa n Rafi sangat menyukainya. Saat Rafa menggosok tubuh Rafi, eh Rafi malah asyik memainkan rambutnya yangg penuh dengan busa shampoo. "Hihi", terdengar gelak tawa Rafi saat dia berhasil membentuk rambutnya ala Mohawk. "Hihi", tawanya lagi saat dia merubah rambutnya berbentuk tanduk. Rafa cuma tersenyum melihatnya.
Selang kemudian. "Ya udah, sekarang giliran Papa yang mandi, Rafi keluar dulu ya?", kata Rafa seraya melilitkan handuk ke tubuh Rafi.
Rafi segera berlari ke luar tapi nggak lama kemudian handuknya melorot n?
Sensor...Sensor...
Rafi, “???”
Rafi berlari lagi. Dia menghampiri lemari n membukanya. "Selagam Lafi...selagam Lafi..", mata Rafi melihat dari atas sampe bawah, dari kanan sampe kiri, melihat lipatan baju di depannya. "Selagam Lafi...selagam Lafi..", katanya lagi sambil menggapai-gapai baju di bagian atas. Karna tangannya terlalu mungil, baju di sebelahnya ikutan jatuh n menimpa dia. "Selagam Lafi...”, celotehnya lagi sambil menarik semua baju di depannya. Hingga akhirnya satu lemari di keluarkannya. "Selagam Lafi..", celotehnya terus sambil memilih-milih baju yang di anggap seragamnya. “Selagam Lafi?", Rafi pun mewek saat tidak berhasil menemukannya. "HUWAAAAAAAA....Selagam Lafiiiiiiii...", pekiknya dengan mulut terbuka lebar.
Rafael, “???”
Rafa buru-buru keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit sepinggang. "Lho bajunya kenapa kok di keluarkan semua?", tanya Rafa seraya berlari ke arah Rafi. Di liatnya Rafi sedang menangis sambil duduk di antara tumpukan baju.
"Selagam Lafiiiiiii", pekiknya.
"Seragam Rafi kan ada di atas meja syaang, udah di siapin ama Mama kemarin", jawab Rafa sambil membereskan baju.
"Owh?", Rafi segera berlari ke arah meja.
Sensor...Sensor…
Matanya berbinar-binar saat melihat seragam di depannya. Rafi loncat-loncat kegirangan.
Sementara Rafa sibuk membereskan semua pakaian yang berserakan n memasukkannya ke dalam lemari. "Aman", batin Rafa saat menjejalkan semua baju ke dalam lemari meski lemari itu nggak bisa di tutup karna tumpukan baju.
Selang kemudian, terlihat Rafa membantu memakaikan seragam Rafi. "Wuah anak Papa makin ganteng nie", pujinya.
"Ganteng...ganteng...", ulang Rafi menirukan kalimat Papa sambil loncat-loncat.
Rafa memakaikan sepatu Rafi. "Sepatunya ada sayapnya lho", beritahu Rafa.
"Sayap...sayap…", ulang Rafi loncat-loncat.
"Ya udah sekarang Papa mau ganti baju dulu ya", ucap Rafa.
Rafi segera keluar n berlari ke arah lemari es. Dia pun membukanya. "Owh", katanya sambil mata berbinar-binar melihat isi dalam lemari es. Rafi segera berlari mengambil tas Shaun The Sheepnya. Dia kembali membukanya sambil meraih apa yang ada di depannya. "Bawa...bawa..bawa..", celotehnya mengambil beberapa snack, minuman ringan n permen. "Hihi..", Rafi senang saat memasukkan semua ke dalam tasnya.
Setelah ganti baju Rafa segera mencari Rafi. "Sedang apa sayang?", tanya Rafa saat melihat Rafi sedang sibuk di depan lemari es. "Lho kok di bawa semua? Kita kan nggak mau piknik?", ucap Rafa saat melihat isi tas Rafi penuh dengan snack.
Rafi pun mewek.
Rafael, “???”
"HUWAAAAAAA....Bawa Pa...bawa..", tangisnya pecah.
"I..iya deh di bawa..", jawab Rafa pasrah, hufttttt.
Dan akhirnya, di dalam mobil Rafa. Terlihat Rafa n Rafi memakan donat bersama-sama.
"Nyam...nyam..", kata Rafi dengan muka cemong penuh noda putih bekas taburan donat di pipi n hidungnya. "Nyam...nyam..", katanya lagi.
"Haduh, pake macet lagi", gerutu Rafa.
Rafi masih asyik memakan donat di depannya.
"Aduh sayang, kenapa belepotan begini?", seraya membersihkan muka Rafi dengan tisu. "Kapan nyampenya kalo macetnya sepanjang ini?", Rafa tengok kanan kiri. Rafa mencoba menghubungi Putri.
Terrrtttttt…
"Hallo Pa?", jawab Putri di seberang telepon.
"Hallo Ma?", jawab Rafa.
"Gimana Pa? Udah nyampe belum?", tanya Putri.
"Belum, macet total Ma", Rafa melihat keadaan sekitar.
"Aduh Pa, Rafi bisa telat dong", pekik Putri.
"Mau gimana lagi?", jawab Rafa bingung mesti gimana.
"Coba naik taksi aja Pa?", saran Putri.
"Taksi?", tanya Rafa.
"Ato kalo nggak ada taksi Papa naik ojek aja ama Rafi", katanya lagi.
Rafael, “???”
"Lagian Papa pasti nggak tau dimana alamat sekolahnya Rafi, kan Papa nggak ikut waktu aku daftarin Rafi sekolah, dari pada Papa muter-muter nyariin alamatnya mending Papa naik taksi ato ojek aja Pa", ucap Putri di seberang.
"Kalo Papa naik taksi terus nanti gimana mobilnya Ma?", tanya Rafa.
"Hubungi aja petugas derek Pa", jawab Putri.
"Ya udah kalo gitu sekarang Papa cari taksi dulu. Oh ya, nama sekolah Rafi TK Ayam kan Ma?", tanya Rafa.
"Ihh Papa, bukan TK Ayam tapi TK Nyam-nyam", jawab Putri.
Rafael, “???”
"NYAM-NYAM", kata Putri n Rafi barengan.
Rafa pun menoleh ke arah Rafi, “???”
Dan akhirnya. Rafa segera turun dari mobil sambil menggendong Rafi setelah mengunci mobilnya. Rafa segera berlari mencari taksi, tapi semua itu percuma karna semua taksi sudah terisi n mereka juga nggak bisa jalan karna terjebak macet. "Haduh, gimana nie?", gumam Rafa sambil sesekali melihat ke arah jam tangan. Rafa mencoba ke tempat lain. Dia berjalan sambil sesekali menengok ke belakang sapa tau ada taksi lewat ato apalah yang penting bisa nganter dia. "Bang ojek Bang!!", teriak Rafa sambil melambaikan tangan saat melihat pengendara motor yang memakai jaket n helm.
Pengendara itu berhenti.
Rafa segera mendekatinya. "Bisa anterin ke alamat ini nggak?", pinta Rafa sambil menunjukkan sebuah alamat di HPnya yang tadi di kirim Putri.
Dia pun mengangguk kemudian menyerahkan sebuah helm ke arah Rafa n Rafa menerimanya. Karna helmnya cuma satu jadi Rafi nggak pake helm. Rafa menaruh Rafi di tengah.
"Owh?”, Rafi cuma bisa kedip-kedip karna masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Cepat ya Bang, soalnya sudah telat ni", pinta Rafa sambil menepuk bahu orang itu.
Dia pun mengangguk.
Rafa masih sibuk membetulkan helm yang di pake saat tiba-tiba orang itu menjalankan motornya. "Eh...Eh...!!!", teriak Rafa kaget saat pengendara itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi tanpa permisi.
WUSSSSSSS…
"Eh Bang, bilang-bilang dong kalo mau jalan!", protes Rafa sambil memegangi helm yang miring karna belum selesai di benerin.
WUSSSSSSSS....
Motor melaju dengan kencang. Rafi pegangan erat ama Abang di depannya sambil merem.
WUSSSSSSSSS....
"Lho Bang? Memangnya kita mau kemana?", tanya Rafa saat pengendara itu masuk ke dalam gang.
Tak ada jawaban.  Bukannya mengurangi kecepatan, dia malah ngebut nggak karu-karuan di dalam gang, bikin Rafa shock berat.
Rafael, “???”
Kalo yang belakang pontang-panting. Lain lagi ama penumpang yang di tengah alias sie Rafi. Secara dari tadi dia nyengir menikmati semua ini. "Ehehehe", suara Rafi dengan rambut tertiup angin.
"PELAN DIKIT NAPA BANG...!!!", protes Rafa yang sudah kayak sapi ayan di belakang. Secara tu pengemudi asal belok aja, nggak tau apa kalo yang belakang nggak sempat pegangan. "EH....EH...!!!", teriak Rafa saat tu orang seenaknya aja menerobos jemuran orang.
"Ehehehe", terdengar suara Rafi kegirangan.
"ADUHHHHH, APAAN NI...???", saat salah satu jemuran nyangkut ke mukanya. Rafa segera melepaskannya.
WUSSSSSSSS....
Motor masih melaju dengan kecepatan tinggi.
"EEEEE....AWASSSSSSS....!!!", teriak Rafa saat melihat segerombolan ayam di depannya.
Dia melewatinya dan akhirnya?
"TOK....TOK....PETOK....!!!”, ayam beterbangan di antara mereka.
"Ehehehe", Rafi kegirangan meski ada bulu ayam di rambutnya yang tengah sumringah. Sementara yang belakang sibuk dengan ayam yang terbang ke mukanya, bukan cuma terbang tapi tu ayam juga sempat nyakar-nyakar ke mukanya.
WUSSSSSSSS....
Motor masih melaju dengan kencang. Bukan cuma jalan lurus tapi juga zig zag, belok-belok, mepet-mepet sampe miring-miring.
Hingga akhirnya CIITTTTTTTTTTT.... Motor pun berhenti, bukan berhenti biasa tapi sampe bagian belakang nungging ke atas. Dan kini motor pun benar-benar berhenti tepat di depan TK Nyam-nyam.
Rafa dah nggak bisa ngomong apa-apa. Keadaannya semrawut kayak orang habis di massa. Untung Rafa nggak bilang “Yang lain? Makin jelas ketinggalan!” ala-ala iklan gitu.
Sementara Rafi dari tadi mamerin giginya alias nyengir happy. "Lagi Pa...Lagi Pa", pintanya setelah mereka turun. Bapaknya dah teler eh anaknya malah minta nambah.
"EMANGNYA LO PIKIR LO VALENTINO ROSSI, BAWA MOTOR UGAL-UGALAN BEGITU...?!!", teriak Rafa kesal sambil mukul bagian belakang motor.
Pengendara itu pun menoleh kemudian membuka helmnya.
"Lho Pa? Kenapa olang itu milip di iklan sepeda motol Pa?", tunjuk Rafi heran.
"Va..len..tino...Ros...Ros...si", kata Rafa terbata sambil nunjuk orang di depannya.
Orang itu cuma tersenyum kemudian pergi.
Rafa+Rafi, “????”
Di saat mereka berdua masih berdiri bengong mengingat kejadian barusan.
Tiba-tiba segerombolan wartawan menghampiri mereka. "ITU RAFAELLLLLLL...", teriak mereka kemudian berlari ke arah Rafa.
Rafa+Rafi, “???”
Ternyata para wartawan sejak tadi sudah menunggu kehadiran Rafa n Rafi di depan pintu gerbang sekolah. Para wartawan itu menyerbu Rafa dengan mengajukan berbagai pertanyaan mengenai hari pertama Rafi masuk sekolah.
Rafa segera menggendong Rafi n berusaha masuk ke dalam sekolah. "Maaf permisi...permisi..", kata Rafa sambil menggendong Rafi, tapi wartawan tetap berkerumun sampe Rafa nggak bisa berkutik. Mau maju nggak bisa, mundur apalagi.
"Sepatu Lafi Pa", ucap Rafi saat salah satu sepatunya lepas.
Rafa segera membungkuk mencoba mencarinya.
Wartawan saling dorong hingga suasana menjadi tak terkendali. Suasana menjadi gaduh hingga security turun tangan.
Beberapa saat kemudian. Di tengah suasana kacau balau sekilas mirip orang demo. Terlihat sebuah tangan mungil muncul di antara kaki para wartawan. "Eh...eh...eh..", suara Rafi sambil merangkak keluar di antara gerombolan wartawan. Rafi merangkak menjauhi wartawan kemudian duduk melihat ke arah wartawan dengan memakai sepatu cuma sebelah. Rafi seperti menunggu seseorang. Dan nggak lama kemudian. Terlihat sebuah sepatu terbang kemudian jatuh persis di sebelah Rafi. "Owh?", Rafi melihatnya.
Dan setelah itu terlihat sosok Rafa juga merangkak keluar dari gerombolan wartawan, tapi kakinya nyangkut. Dia berusaha keluar sekuat tenaga. Setelah berhasil dia menghampiri Rafi n duduk di sebelahnya sambil melepas lelah. Baju mereka compang-camping, rambut acak-acakan, muka cemong, pokoknya teler go on lah. Pokoknya satu paket lah. Satu paket amburadul maksudnya he. Rafi cuma bisa kedip-kedip, sementara Rafa cuma bisa menatap kosong.
Beberapa saat kemudian. Di ruang kepala sekolah.
"Aduh, kenapa anak Papa bisa kayak gini ya?", kata Rafa sambil merapikan rambut, wajah n baju Rafi. Padahal situnya sendiri malah lebih parah dari Rafi.
"Maaf atas kekacauan ini", kata Bu kepala sekolah yang tengah berdiri di belakang Rafa.
"Iya nggak apa-apa kok Bu", jawab Rafa sambil menyisir rambut Rafi biar kece kayak Papanya.
"Apa perlu saya bantu?", tanya Bu kepala sekolah.
"Oh nggak usah Bu, saya bisa melakukannya sendiri", jawab Rafa sambil merapikan seragam Rafi.
Setelah Rafi sudah bersih, rapi n wangi kini giliran Rafa yang merapikan diri. Dia meminta ijin menggunakan toilet untuk merapikan bajunya.
Setelah beberapa saat. Rafa pun keluar. Dan eng...ing...eng, Papa paling kece pun muncul.
Beberapa saat kemudian. Rafa n Rafi di antar Bu kepala sekolah menuju ke kelas Rafi. Mereka berjalan di koridor kelas.
"Kenapa sepi sekali ya?", batin Rafa sambil tengok kanan kiri yang sangat sunyi. Rafa berjalan mengikuti Bu kepala sekolah sambil menggendong Rafi.
Dan akhirnya mereka pun sampai di kelas Rafi. Bu kepala sekolah tersenyum ke arah Rafa sambil perlahan membuka pintu kelas dan tiba-tiba?
DOR....DOR....DOR...TETTTTTTTTTT....TETTTTTTTT...TETTTTTTTTTTTTTTT!!!
Suara balon pecah n terompet menyambut kedatangan Rafa n Rafi. Mereka juga menyemprotkan sesuatu ke arah Rafa. Seperti cairan putih tapi kalo kena muka ato badan jadi lengket. Jadilah muka Rafa n Rafi penuh dengan cairan putih seperti jaring laba-laba. Tapi kalo jaring laba-laba masih bagus bentuknya, lha ini? Kayak jaring yang di buat laba-laba yang sedang mabok, jadi ruwet. Semrawut gitu deh.
Rafael, “???”
Rafi cuma bisa kedip-kedip saat semua itu nemplok ke muka n rambutnya, "Owh?"
"SELAMAT DATANG RAFIIIIIII....!!!", kata mereka kompak di ambang pintu yang menyambut kedatangan Rafi.
Rafi, “???”
Terlihat para wali murid beserta Ibu Guru yang sudah sejak tadi menunggunya. Ada Bu G: Velia, Melly, Arofah, Icha, Rimaa, Mega, Rihna, Puput, Santi, Fizhii, Mutiara, Mariana, Rasya, Dewii, Fatien, Sisil, Irsa, Nur Indah, Sulis, Chaca, Uhti – Raputers. Dan tentu saja dengan Bu kepala sekolah. Siapa lagi kalo bukan Bu Putri Maslahat J
Beberapa Guru ngasih bunga n kue ke arah Rafi. Seperti Bu Guru Icha yang ngasih kue Rainbow. Ada juga bu guru Rihna yang ngasih kue coklat ke arah Rafi.
"Terima kasih", kata Rafa seraya menerimanya.
"Mari silahkan masuk?", ajak Bu kepala sekolah.
Rafa pun masuk ke dalam. Kini dia berdiri di depan bersama Rafi. Rafa tersenyum sambil melihat ke semua arah. Di liatnya kondisi kelas Rafi yang Fantastic Baby. Terlihat ada banyak balon di semua sudut ruangan, di tambah pita-pita yang menjuntai dari kiri ke kanan. Sudah seperti acara ultah anak-anak gitu deh. Nggak ketinggalan juga semua wali murid, murid n semua Guru memakai topi lucu dari kertas. Dan masing-masing membawa balon warna warni di tangan. Nggak lama kemudian ada beberapa Guru yang juga memakaikan topi ke arah Rafa n Rafi. Rafi sangat senang memakainya. "Waduh, emang siapa yang ulang tahun ya? Kok heboh begini?", batin Rafa. "Terima kasih", ucap Rafa tersenyum.
JEPRETTTTT....JEPRETTTTTTT…
Semuanya mulai mengambil foto Rafa. Rafa pun tersenyum sambil melambaikan tangan. Kini suasana tak ubahnya seperti jumpa fans dadakan.
"Maukah anda menyanyi untuk kami?", pinta Bu kepala sekolah.
"Lagu apa?", tanya Rafa bingung.
"Terserah lagu apa”, jawabnya.
"Gimana kalo lagu kesukaan Rafi?", usul Rafa.
"Iya silahkan", jawab Bu kepala sekolah.
"Rafi ikut nyanyi juga ya?", pinta Bu Kepsek.
Rafi menggeleng dengan ekspresi manyun.
"Kenapa sayang?", tanya Rafa.
Rafi terus menggeleng dengan muka yang hampir mewek.
"Ya udah, kalo gitu biar Papa aja yang nyanyi", jawab Rafa kemudian menurunkan Rafi.
Seketika Rafi berlari ke arah teman-temannya.
"Maklum anaknya pemalu", kata Rafa pada Bu Kepsek.
Bu Kepsek cuma manggut-mangut mendengarnya.
Rafa berbisik pada Bu Kepsek agar menyiapkan musik yang akan di nyanyikannya.
Bu Kepsek dengan sigap menyiapkan semuanya.
"Nanti tolong di bantu nyanyi ya?", pinta Rafa.
"IYAAAAAAA...!!!", jawab semuanya kompak.
"Semuanya pasti bisa kok lagu ini", jawab Rafa tersenyum.
All, “???”
Bu Kepsek dah siap ala DJ gitu.
"AYO PA...AYO PA...PAPA PASTI BICAAAAAAA....!!!", teriak Rafi sambil loncat-loncat dengan tangan ke atas ala-ala ngerap gitu. Sie Rafi heboh sendiri ketika tau Papanya mau nyanyi lagu kesukaannya.
Rafael, “???”
Ini to anak yang di bilang Rafa pemalu? #Nggak sesuai kenyataan.
"Balonku ada lima...", suara Rafa mulai terdengar.
Suasana mendadak jadi hening.
"Rupa-rupa warnanya...", lanjut Rafa sambil melihat ke semua orang.
Dan Let's go! Musik mulai di mainkan. "Balonku ada lima...", serentak ikut bernyanyi termasuk Rafi yang loncat-loncat kegirangan. "Rupa-rupa warnanya…", serentak nyanyi sambil tepuk tangan. "Hijau, kuning, kelabu...merah muda dan biru…", mereka bergoyang ke kiri dan kanan. "Meletus balon hijau DORRRRRRRR...!!!", yang bagian DOR nie favorit Rafi. "Hatiku sangat kacau...", mau fals kek, nggak tau nada kek yang penting nyanyi. "Balonku tinggal empat...ku pegang erat-erat...", singing together.
"BISA ULANGI LAGIIIII...???", pinta Rafa pada semuanya sambil mengarahkan mic ke depan.
"Balonku tinggal empat...", ulang mereka.
"MEMANGNYA KENAPA KALO TINGGAL EMPAT...???", tanya Rafa ala-ala Boyband lagi konser gitu.
"Ku pegang erat-erat...", jawab mereka.
"APAAAAAAA...???", tanya Rafa pura-pura nggak dengar.
"Ku pegang erat-erat...", jawab mereka lagi.
"SIAPA YANG MAU MEGANG AKU ERAT-ERAT...???", tanya Rafa sambil membuka kedua tangan.
All, “???”
"Apa tidak ada yang mau?", tanya Rafa sekali lagi.
Mereka pun segera maju menyerbu Rafa.
"Owh?", suara Rafi.
Tanpa ba bi bu mereka pun mengeroyok Rafa. Ada yang mencoba memeluk Rafa, mencubit pipi Rafa, sampe mencium pipinya.
Sementara Papanya di serbu, Rafi cuma bias berdiri bengong sambil megang balon hijau. "Papa...!!!", Rafi berusaha memanggil Papanya. "Papa?!!", panggil Rafi bingung dengan kejadian di depannya. "Papa?", panggilnya lagi.
Suasana makin kacau tak terkendali. RICUH...RUSUH...KACAU...!!! Hingga akhirnya?
"Rafiiiiiiii...", suara Rafa memanggil tapi nggak keliatan batang hidungnya. Yang keliatan cuma tangan Rafa yang menggapai-gapai ke atas.
"Owh? Papa?”, Rafi mencoba mendekatinya tapi terhalang semua orang. "Papa?", panggilnya lagi tapi nggak ada yang menggubris. Hingga akhirnya? DORRRRRRRRRR....Balon yang di pegang Rafi meletus. Mendadak suasana menjadi hening n semua melihat ke arah Rafi. Rafi cuma bisa berdiri bengong plus kaget setelah mendengar letusan balon. "Meletus benelan kan?", ucap Rafi.
All, “???”
Beberapa jam kemudian. Suasana sudah aman terkendali. Terlihat Rafa berjalan menuju ke kelas Rafi setelah dari toilet. Dia mencoba mengintip Rafi dari balik jendela, tapi Rafa melihat seorang Bu Guru sedang berdiri agak membungkuk di sebelah bangku Rafi. Karna penasaran Rafa pun mencoba menghampirinya. Setelah dekat dia pun mencoba melihat apa yang terjadi. Dan ternyata Bu Guru itu mencoba membangunkan Rafi yang sedang tertidur pulas di atas meja.
Rafael, “???”
"Rafi, ayo bangun Rafi", Bu Guru itu mencoba membangunkan Rafi dengan pelan tapi sie Rafi tetep tertidur pulas.
"Biar saya saja yang membangunkannya", pinta Rafa.
"Oh ya, silahkan", jawab Bu Guru kemudian melihat ke arah Rafa.
"Rafael???", tunjuk Bu Guru itu kaget.
"Linda???", kata Rafa yang nggak kalah kagetnya.
Mereka pun saling tunjuk.
Beberapa saat kemudian. Di kantin TK Nyam nyam. Terlihat Rafa sedang ngobrol ama Bu Guru Linda sambil memangku Rafi. Rafi sedang menikmati kue Rainbow n kue coklat pemberian Bu Guru Icha n Bu Guru Rihna. Saking semangatnya makan tu muka sampe belepotan udah kayak pelangi.
"Lama nggak ketemu ya?", kata Bu Linda memulai pembicaraan.
"Iya, terakhir kita ketemu...???", Rafa mencoba mengingatnya.
"Saat kita putus..!", jawab Bu Linda tiba-tiba.
"Oh...iya benar..", Rafa mengiyakan.
"Ternyata Rafi anak kamu Raf? Pantas saja saat melihat dia kayak pernah liat siapa gitu?”, tanya Bu Linda sambil memperhatikan Rafi n di jawab anggukan Rafa. "Kelakuannya juga sama", tambah Bu Linda.
"Oh ya?", jawab Rafa sambil membersihkan mulut Rafi yang belepotan menggunakan tisu.
"Emm, dulu kamu juga sering tidur di dalam kelas saat pelajaran sedang berlangsung", jawabnya.
"Ternyata kamu masih ingat..?", kata Rafa malu.
"Tentu saja, apa sie yang nggak ku ingat tentang kamu, apalagi masa-masa indah kita dulu", jawab Bu Linda mulai menggoda.
Rafael, “???”
Sementara itu di tempat lain. Terlihat sebuah mobil berwarna merah memasuki halaman sekolah Rafi. Mobil itu berhenti. Nggak lama kemudian terlihat seorang wanita yang super duper keren keluar dari mobil. Dia memakai sepatu hak tinggi, blazer hitam n celana panjang, rambutnya di gerai plus kacamata yang super keren. Di tambah riasan yang sempurna dan memakai tas mewah di tangannya. Setelah menutup pintu dia mencoba melihat suasana sekolah Rafi. Setelah itu dia melangkah masuk ke dalam sekolah Rafi. Kalo di liat dari plat mobilnya sie kayak mobilnya Rafael. Berarti? Yang barusan? Nggak lain nggak bukan Mama paling kece. Siapa lagi kalo bukan Mamanya Rafi alias Putri.
Sementara di tempat lain. Rafa masih ngobrol ama Bu Linda. Sementara Rafi malah asyik minum jus pake sedotan sampe pipinya ngembung plus mata kedip-kedip.
"Sudah lama jadi Guru disini?", tanya Rafa.
"Emm, baru beberapa bulan kok, sebelumnya aku selalu pindah-pindah kerja", jawabnya.
"Kamu masih tetep kayak dulu ya, bosenan", sahut Rafa.
"Begitulah", jawab Bu Linda sambil menyedot minumannya.
"Dan juga..?", Rafa nggak meneruskan perkataannya.
"Apa?", tanya Bu Linda penasaran.
"Emm, tetep cantik kayak dulu”, jawab Rafa lirih.
"Oh ya? Hehe", tanya Bu Linda malu-malu n di jawab anggukan Rafa. "Kamu juga...?", kata Bu Linda sambil menaruh tangannya di atas meja n mulai mendekati tangan Rafa. "Kamu juga masih tetep cakep kayak dulu kok", sambungnya manja sambil memegang tangan Rafa.
Rafa+Rafi, “???”
Dan tiba-tiba?
"Mama?", panggil Rafi saat melihat Mamanya yang sudah berdiri di ujung sana.
Rafa segera menoleh, “???”
Putri berjalan perlahan mendekati meja Rafa.
"Eh Mama, kapan datang Ma?", tanya Rafa salting.
"Sejak tadi!", jawab Putri ketus.
Rafa langsung mingslep.
"Oh kenalkan, saya Linda gurunya Rafi", kata Bu Linda yang buru-buru berdiri kemudian mengulurkan tangan ke arah Putri.
"Saya Mamanya Rafi", jawab Putri menyalaminya.
"Sepertinya saya harus pergi karna masih ada pekerjaan lain”, pamit Bu Linda karna merasa kikuk dengan situasi yang ada. Bu Linda pun pergi.
Kini hanya ada Ibu, Bapak n anak.
Putri pun duduk di depan Rafa. “Ahh kenapa panas sekali di sini ya?", sindir Putri kemudian meminum minuman Rafa.
"Mama mau makan apa? Biar Papa pesankan", tanya Rafa sok baik.
"Mama nggak lapar", jawab Putri ketus.
Bikin Rafa makin mingslep.
"Kayaknya Papa deket banget ya ama tu guru, emang kenal dimana Pa?", tanya Putri serius.
"Emmm...mmmm", Rafa bingung mau jawab apa.
Putri, “???”
"Bu Gulu kan temannya Papa Ma", sahut Rafi ikutan ngomong.
"Oh ya? Tau dari mana sayang?", tanya Putri pada Rafi.
"Tadi Lafi dengal", jawab Rafi sambil memaikan tangannya.
"Waduh, perasaan nggak enak nie, biasanya kalo sie unyil ikutan ngomong bisa berabe nie", batin Rafa was-was.
"Eh, Rafi pengen makan apalagi sayang? Nanti Papa belikan", Rafa mencoba mengalihkan perhatian.
"Terus Rafi dengar apalagi sayang?", sahut Putri nggak mau kalah.
"Emm...Papa ama Bu Gulu telakhil ketemu waktu meleka pu...", tapi belum selesai Rafi ngomong Rafa buru-buru membungkam mulut Rafi.
"Hehe", Rafa cuma bisa nyengir.
Putri, “???”
"Waktu mereka apa sayang?", tanya Putri penasaran sambil mencoba melepas tangan Rafa dari bibir Rafi.
"Udah deh Ma, mending kita makan aja yuk?!", sahut Rafa.
"Apa sayang?", Putri masih tanya ke Rafi n nggak menggubris Rafa sama sekali.
"Pu...pu...pu...tussssss", jawab Rafi terbata karna bibirnya susah ngomong gara-gara Papa Mamanya perang tangan.
Seketika Rafa langsung lemas pasrah mendengar jawaban Rafi. "Tu kan bener!", batinnya.
"Oh jadi begitu ya?", tanya Putri sambil menatap sinis ke arah Rafa.
"Bongkar aja semua Fi", batin Rafa pasrah. Rafa udah lemes.
Dan benar saja, Rafi terus aja ngoceh bikin suasana jadi panas, lebih panas, semakin panas kayak lagunya IDP.
Rafa udah lemes.
"Papa juga bilang kalo Bu Gulu sekalang masih cantik kayak dulu", nie bocah enteng banget ngomong kayak gini padahal…padahal ada yang lagi berkobar membara.
"Sekalian aja bilang kalo tangan Papa di remas-remas ama tu Guru", jawab Rafa jengkel.
Seketika Putri langsung berdiri n mengambil Rafi secara paksa.
Rafael, “???”
"Ayo sayang kita pulang, ngapain kita lama-lama di sini", kata Putri sinis kemudian pergi dari situ.
Rafael, “???”
Beberapa saat kemudian. Terlihat Putri berjalan terburu-buru sambil menggendong Rafi. Sementara Rafa mencoba mengejarnya dari belakang.
"Tenang dong Ma", Rafa mencoba memegang Putri tapi Putri buru-buru menepisnya n tetap berjalan meninggalkan Rafa. Putri segera masuk ke dalam mobil kemudian memangku Rafi. Rafa segera menyusulnya masuk ke dalam tapi Putri langsung buang muka. Bikin Rafa jadi stress...stress...stress...
Di tengah perjalanan. Suasana hening nggak ada yang mau ngomong. Cuma terdengar KRIUK...KRIUK...KRIUK... Siapa lagi kalo bukan sie Rafi lagi makan kerupuk. Masih mending deh denger suara kriuk-kriuk. Dari pada sunyi senyap kayak di kuburan. Rafa nggak berani buka suara. Ngomong "A" aja bisa-bia dia di lempar Putri ke luar dari mobil. Mending diem deh lebih aman.
"Papa kita ke pantai yuk?", pinta Rafi yang masih sibuk ama kerupuknya.
"Eh tanya Mama dulu, Mama mau nggak Fi?", jawab Rafa takut-takut.
Rafi mendongak ke atas melihat ke arah Mamanya.
"Iya nggak apa-apa, asal jangan ketemu mantan Papamu yang lain aja di sana", jawab Putri ketus.
"Emang mantan itu apa Ma?", tanya Rafi.
"Monyet", jawab Putri asal.
Rafael, “???”
"Owh? Kayak Odoth ya Ma?", jawab Rafi.
Putri nggak menjawab.
"Emang di pantai ada monyet Pa?", bukan Rafi namanya kalo nggak ngoceh mulu.
"Emm, ada mungkin Fi?", jawab Rafa ragu.
"Oww", seru Rafi sambil bibir di monyongin.
"Tapi setau Papa, monyet itu di kebun binatang Fi", sambung Rafa.
"Siapa bilang? Di sekolahan Rafi juga ada kok", protes Putri.
"Benelan Ma?", tanya Rafi girang.
Putri mengangguk.
"Dimana? Kok Lafi nggak liat?", tanya Rafi semangat.
"Tadi pas Mama datang, monyetnya pergi”, jawab Putri kesal.
Rafael, “???”
"Yaaa kok pelgi? Lafi kan pengen liat", Rafi kecewa. "Monyetnya gimana wajahnya Ma?”, tanya Rafi.
"Kata Papa kamu sie katanya cantik", jawab Putri ketus.
Rafael, “???”
"Owh Papa tau ya?", Rafi mendekati Rafa.
"Bukan tau lagi Fi, tapi kenal", sahut Putri.
"Oww, Papa kenal monyet, asyik...asyik...", Rafi girang.
"Tanya ama Papa Fi gimana rasanya tangannya di pegang-pegang monyet", sindir Putri.
Rafael, “???”
"Owh? Papa pelnah di pegang monyet Pa?", tanya Rafi penasaran. "Monyetnya nakal nggak Pa?", tanyanya lagi.
Rafa cuma diam karna bingung mo jawab apa.
"Nakal banget Fi", sahut Putri.
"Owh nakal ya Ma? Pukul Ma pukul", jawab Rafi sambil mukul-mukul Papanya.
Rafael, “???”
"Bukan cuma di pukul Fi, tapi di jewer sekalian", jawab Putri sambil menjewer telinga Rafa.
"Aduh...duh..", rintih Rafa sambil megangin kupingnya.
"Owh?"
Beberapa jam kemudian. Tibalah mereka di pantai. Sebelum turun Putri mengganti seragam Rafi dengan kaos n celana biar Rafi bisa bebas bermain. Setelah ganti baju Rafi segera turun dari mobil n berlari ke arah pantai, "Ehehehehe". Tapi nggak lama kemudian Rafi berlari ke arah Mama Papanya yang masih di dalam mobil.
"Kenapa sayang?", tanya Putri.
"Bola, Lafi pengen main bola Ma", jawab Rafi.
"Oww", Putri segera menoleh ke belakang berniat mengambil bola, tapi…
"Biar Papa ambilkan", kata Rafa barengan dan akhirnya tangan mereka berdua ketemu n sama-sama memegang bola.
Putri, “???”
Rafael, “???”
Mereka saling menarik bola n nggak ada yang mau ngalah.
Rafi, “???”
"Biar Mama aja", kata Putri.
"Papa aja Ma", Rafa nggak mau kalah.
"Mama ihh!", Putri jadi sebel.
Hingga akhirnya Rafi mengambil bola itu kemudian berlari.
Putri membuang muka.
Rafael, “???”
Beberapa saat kemudian. "Tendang...tendang...", suara Rafi yang sedang asyik menendang bola. Sementara di tempat lain terlihat Putri sedang berjalan n di ikuti Rafa dari belakang.
"Ngapain sie ngikutin mulu?!", tanya Putri kesal sambil terus berjalan.
"Memangnya nggak boleh?", jawab Rafa takut-takut.
"Nggak boleh!", kata Putri kesal.
"Kenapa?", lama-lama Rafa kayak Rafi, banyak tanya.
"Soalnya Mama mau nyebur ke laut", jawab Putri asal.
"Lho? Jangan Ma!", Rafa segera mendekati Putri.
"Biarin", Putri ngambek.
"Kalo Mama nyebur ke laut, terus sapa dong yang masak, nyuci baju ama ngepel?", kata Rafa bikin Putri makin emosi.
"Ihh, Papa nie emang nyebelin!", Putri makin kesal, saking kesalnya dia sampe nendang-nendang pohon kelapa yang kebetulan berada di sampingnya.
Rafael, “???”
"Nyebelin...nyebeliiiin...!!!”, katanya kesal sambil terus menendang pohon kelapa dengan sekuat tenaga. Hingga akhirnya? BUKKKKKKKKKKK.... Suara benda jatuh? Apalagi kalo bukan buah kelapa yang jatuh tepat mengenai kepala Rafa.
Rafael, “???”
"Papa?", panggil Putri yang nggak nyangka akan terjadi hal seperti ini.
Tapi yang di panggil sudah jatuh pingsan.
Putri, “???”. Putri segera menghampiri Rafa. "Papa, bangun Pa?", Putri berusaha membangunkan Rafa. "Aduh maaf, Mama nggak sengaja”, sesal Putri sambil terus membangunkan Rafa.
Beberapa menit kemudian.
"Aduh, gimana nie?", Putri mulai bingung karna Rafa nggak bangun juga. Putri memangku kepala Rafa sambil terus menepuk-nepuk pipi Rafa biar sadar. "Pa bangun Pa”, Putri hampir nangis. "Bangun dong Pa?", dan sekarang nangis beneran deh. "Papa pingsannya lama amat ya?", Putri terisak.
“Makanya kasih nafas buatan dong biar cepet sadar", jawab Rafa yang masih merem.
Putri, “???”. Putri mencoba memencet hidung Rafa n di tunggunya beberapa saat. Hingga akhirnya Rafa langsung terbangun dengan nafas tersenggal-senggal karna kehabisan nafas. "Papa bohong ya?", pukul Putri.
"Siapa yang bohong?”, tanya Rafa bingung.
"Tau! Pohon kelapa kali?!", jawab Putri asal.
Rafael, “???”. "Aduh Ma, kepala Papa...pusing banget nie..", kata Rafa manja sambil bersandar ke bahu Putri.
"Oww pusing ya Pa?", ulang Putri.
"He'em..", jawab Rafa sok manis.
"Satu buah kelapa dah bikin Papa pingsan apalagi kelapa satu pohon ya Pa?", tanya Putri.
"Kok Mama ngomong gitu sie? Apa Mama pengen Papa pingsan lagi?", protes Rafa segera mengangkat kepalanya.
Dan benar saja, nggak perlu waktu lama karena tiba-tiba DASSSSSSSSSSS. Suara bola membentur sesuatu.
Putri, “???”
Sebuah bola menggelinding setelah terlempar tepat mengenai kepala Rafa. Kalo di liat dari bentuk bolanya sie sangat familiar kalo nggak salah ni bola tadi jadi rebutan Rafa n Putri.
"Papaaaaaa.....", teriak Putri saat melihat Rafa jatuh pingsan tuk kedua kali karna kena lemparan bola orang yang nggak bertanggung jawab.
Selang kemudian. "Mama liat bola Lafi nggak?", tanya Rafi yang merasa kehilangan bolanya.
"Kayaknya jatuh di situ deh",bisik Putri ngomong pelan-pelan ama Rafi karna nggak enak takut kedengeran Rafa karna ternyata bola tadi punyanya Rafi.
"Owh, Papa kenapa Ma?", tanya Rafi segera duduk di sebelah Mama Papanya. "Apa Papa main pelang-pelangan, ketembak, telus pula-pula mati gitu?", tanya Rafi sotoy.
Putri, “???”
Dasar anak durhaka. Padahal siapa tadi yang bikin Papanya terkapar kayak gini. Rafi kedip-kedip tanpa merasa berdosa.
Beberapa saat kemudian. Terliat Rafa sudah siuman. Dia duduk sambil di kelilingi Rafi n Putri yang sedang mengompres dahinya. Kalo Putri mengompres dahi Rafa yang benjol karna kejatuhan kelapa pake handuk basah sambil menekan pelan. Lain lagi ama Rafi, dia mengompres dahi Papanya pake es rasa buah yang ukurannya panjang. Dia mengompreskannya ke dahi Papa yang benjol karna kena lemparan bola sambil sesekali dia menghisap es itu kemudian mengompreskannya lagi.
Putri, “???”
Sementara Rafa cuma duduk sambil menatap kosong ke depan.
Selang kemudian.
"SEMUANYA NGGAK ADA YANG SAYANG AMA PAPAAAAAA”, teriak Rafa tiba-tiba protes sambil kaki menendang-nendang ke depan sampe pasir berhamburan.
"Owh?", Rafi cuma kedip-kedip.
Sementara Putri cuma nunduk nyesel. "Maaf Pa, tadi Mama nggak sengaja", sesal Putri.
"Pa, kenapa dahinya ada telur 2?”, tanya Rafi penasaran sambil menghisap es.
Seketika Rafa menatap sinis ke arah Rafi.
"Kenapa bisa begitu ya?", gumam Rafi tanpa merasa bersalah.
"Kejatuhan kelapa udah pusing,  eh di tambah kena bola, makin puyeng tau nggak?", jawab Rafa kesel.
"Oww, emang Papa kena bola? Siapa yang melakukannya Pa?", tanya Rafi lagi. Maklum detektif cilik.
"Unyil…", jawab Rafa singkat sambil menatap sinis ke Rafi.
"Owh Unyil, nakal ya Pa?", jawab Rafi yang 100% tanpa merasa berdosa.
"Banget", jawab Rafa masih menatap sinis.
"Kalo nakal nggak di belikan es klim ya Pa?", kata Rafi geleng-geleng.
"Jangan harrraappp..", jawab Rafa geregetan.
"Kalo Lafi nggak nakal kan Pa? Belalti nanti di belikan es klim", kata Rafi pede.com.
Raput saling melihat, “???”
"Aduh, kepala Papa makin pusing nie", kata Rafa sambil megangin kepalanya terus. bersandar ke bahu Putri.
Rafi, “???”
"Sakit Pa?", tanya Putri.
"Sakit banget Ma", jawab Rafa manja.
"Itu kan Mamanya Lafi!", tunjuk Rafi nggak terima.
Raput, “???”
"Nggak boleh...nggak boleh...", Rafi berusaha memisahkan Rafa n Putri.
Raput, “???”
"Ini cuma Mama Lafi", protes Rafi segera duduk di pangkuan Putri sambil mendorong-dorong tubuh Rafa.
"Aduh sie Unyil mulai lagi", batin Rafa.
"Papa sana...Papa sana..", Rafi mendorong-dorong tubuh Rafa.
"Memangnya kenapa? Ini kan juga Mamanya Papa", jawab Rafa di buat-buat sambil memeluk Putri.
"Nggak boleh...nggak boleh...", protes Rafi terus mendorong tubuh Rafa agar menjauhi Putri.
"Tapi Papa pengen meluk Mama", jawaba Rafa semakin di buat-buat.
"Nggak boleh", tetep teguh pada pendiriannya.
"Ya udah, kalo Papa nggak boleh meluk, berarti..", tiba-tiba Rafa mencium pipi Putri dan?
"HUWAAAAAAAAAA....", seketika Rafi menangis menjerit nggak terima Mamanya di cium orang lain. Mulutnya terbuka lebar, banjir banjir deh tu muka.
"Papa nie!", Putri memukul Rafa sambil memeluk Rafi yang sedang menangis.
"Papa nakal Ma...", tunjuk Rafi dengan muka banjir.
"Papa temannya Unyil Ma...", sambung Rafi kemudian nggak mau melihat ke arah Rafa.
Raput, “???”
Rafa mencoba mendekati Rafi. "Rafi?", panggil Papanya. Tapi Rafi nggak mau jawab. Dia malah sembunyi dalam pelukan Mamanya. Ngambek...ngambek...ngambek. "Oww, ternyata Rafi nggak ada ya Ma?", tanya Rafa.
"Iya Pa, padahal barusan masih ada di sini lho", jawab Putri bersandiwara.
"Yaaa padahal Papa mau belikan Rafi layang-layang", jawab Rafa sok kecewa.
"Owh?", mata Rafi kedip-kedip saat mendengar kata layang-layang.
"Ya udah, nggak jadi deh kalo gitu", sambung Rafa.
Tiba-tiba Rafi terbangun. "Yang besal Pa", kata Rafi bersemangat.
"Oh, pasti!", jawab Rafa sok serius.
Rafi segera berdiri. "Bentukny apa Pa?", tanya Rafi penasaran.
"Emm bentuknya apa ya?", Rafa berpikir sambil mencoba memangku Rafi.
"Kalo kodok gimana?", usul Rafi.
"Emm, boleh", jawab Rafa.
"Kalo ayam?", tanya Rafi.
"Semua boleh asal jangan bentuk kelapa ama bola", jawab Rafa sambil melirik ke arah Putri. Putri cuma tersenyum mendengarnya.
"Kalo temannya bola Pa?", tanya Rafi lagi.
Raput, “???”
Dan akhirnya, di suatu senja yang indah di tepi pantai. Terlihat Rafi sedang berlari bermain laying-layang dengan riang. "Telbang...telbang...!!!", teriak Rafi sambil menarik layangan besar yang berbentuk kupu-kupu n di ikuti Raput dari belakang. Mereka berjalan berdua mengikuti Rafi dari belakang. Mereka saling melingkarkan tangan ke pinggang satu sama lain sambil sesekali Putri bersandar di bahu Rafa. Rafa pun menempelkan kepalanya ke arah Putri n mereka tersenyum bersama.
Beberapa menit kemudian. Terlihat mereka menaiki sepeda bersama. Sepeda besar yang di kayuh 2 orang sementara rodanya cuma 2. Rafa di depan n Putri di belakang. Mereka mengayuh sepeda bersama-sama di sepanjang pantai. Sementara Rafi? Di mana Rafi?
"Ehehehehe.....", terdengar gelak tawa Rafi yang ternyata sedang duduk di keranjang sepeda. "Ehehehe..", tawanya lagi saat merasakan hembusan angin.
"Rafi…", panggil Putri dari belakang.
"Iya Ma!", jawab Rafi yang masih menghadap ke depan sambil nyengir plus pake kacamata super gede bentuk love warnanya pink lagi.
"Rafi...", panggil Putri sengaja menggoda.
"Owh...", seru Rafi kemudian tertawa lebar yang memakai kacamata. Kacamata yang super gede, malah lebih gede dari muka Rafi.
Rafa menoleh ke belakang sambil tersenyum yang di balas senyum manis Putri.
Mereka bersepeda bersama. Rafi di depan duduk d atas keranjang, kemudian Rafa duduk di belakang Rafi, di belakang Papa ada Mama yang selalu ngintip Rafi dari belakang. Terus di belakangnya ada layangan Rafi yang terbang n di ikat di belakang sepeda.
"Itu Bu Gulu Paaaaaa...", seru Rafi tiba-tiba.
Raput ,”???”
"Bu Gulu...Bu Gulu...!!!", teriak Rafi sambil nunjuk-nunjuk ke arah kumpulan cewek-cewek di depannya.
Rafa pun segera menghentikan laju sepedanya. Raput mencoba memperhatikannya. Dan benar saja, terliat BU GURU: Putri m Maslahat, Arifah, Restika, Kamini, Santhy, Natasha, Uhty, Cocha, Sulis, Nur Indah, Irsa, Sisil, Fatien, Dewii, Rasya, Mariana, Fizhii, Santi, Puput's, Rihna, Mega, Rimaa, Icha, Arofah, Velia sedang sibuk mempersiapkan sesuatu. Raput segera turun dari sepeda kemudian mengambil Rafi n menggendongnya.
"Lho ada Rafi?", ucap Bu Kepsek saat melihat kehadiran Raput n Rafi.
"Iya Bu", jawab Rafa sambil menyalami Bu Kepsek n di susul Putri.
"Oww sama Mamanya Rafi juga ya?", tanya Bu Kepsek.
"Iya Bu, kita pernah ketemu kan? Waktu mendaftarkan Rafi", jawab Putri.
"Oh iya-iya". Kemudian Bu Kepsek memperkenalkan Putri pada semua Guru yang hadir. "Perkenalkan, ini Mamanya Rafi", kata Bu Kepsek pada semua Guru yang belum pernah ketemu Putri.
"Oh jadi ini ya Mamanya Rafi?", seru mereka. "Cantik ya", sambungnya. "Keliatannya baik lagi", tambah yang lain.
"Iya baik sekali, saking baiknya aku tiap hari di tindas", batin Rafa saat mendengar pujian para Bu Guru.
Putri menyalami mereka satu persatu.
"Oh ya, mending Rafi ikut kita aja", ajak Bu Kepsek.
"Kemana?", tanya Putri.
"Pesta", jawab Bu Kepsek sumringah.
Raput, “???”
Dan akhirnya, mereka semua termasuk Raput n Rafi berdiri berjejer di depan meja panjang sambil memegang spidol besar di tangan plus sebuah kertas besar warna-warni yang di taruh di depan mereka.
Raput+Rafi, “???”
Kertas itu berbentuk bulat besar. Masing-masing orang berbeda warnanya. Rafa kebagian biru, Putri kebagian pink, sedangkan Rafi berwarna hijau. "Owh?", Rafi kedip-kedip menatap kertas di depannya. Sesekali tertawa geli karna kaki mungilnya kena ombak.
"Baik, sekarang tolong tulis cita-cita kalian di kertas itu", pinta Bu Kepsek di ujung meja. Semua Guru, Raput n Rafi mendengarkan pengarahan dari Bu Kepsek. "Dan waktunya di mulai dari? Sekarang!", Bu Kepsek melihat ke arah jam tangan dan semuanya mulai menulis di kertas masing-masing. Begitu pun Rafi yang nggak mau kalah.
Raput, “???”
Beberapa saat kemudian. Mereka berdiri sambil memegang kertas masing-masing. Ada yang saling ngintip, ada juga yang mencoba menyembunyikan kertasnya biar nggak di baca ama orang lain termasuk Raput.
“Sebelum matahari terbenam, mari kita foto bersama”, pinta Bu Kepsek pada semuanya. Dan akhirnya mereka semua berkumpul membelakangi laut. "Ayo merapat-merapat", pinta Bu Kepsek pada semuanya.
Mereka pun merapat. Ada yang berdiri, ada juga yang duduk. Raput n Rafi berdiri paling depan. Rafi memamerkan kertas hijaunya plus memakai kacamata yang super gedenya sambil nyengir.
Satu...Dua...Tiga...CEKREKKKKKKKK. "Ehehehe...lagi”, pinta Rafi.
"Oke-oke sekali lagi", jawab Bu Kepsek bersiap-siap memotret.
Semuanya kembali ke posisi semula sambil memamerkan kertas yang di pegang dengan pose andalan masing-masing. 1...2...3...CEKREKKKKKK...!!! Jadilah sebuah foto kumpulan Guru, Raput plus Rafi dengan latar belakang laut yang indah. Di dalam foto terlihat beberapa tulisan dalam kertas yang di pegang para Guru. Antara lain: Tulisan di kertas Bu Guru Restika yang berbunyi "Pengen jadi Dokter". Ada juga punya Bu Guru Uhti "Yang pengen jadi Penyanyi/Perawat n nyatuin Cocha". Berikutnya ada dari Bu Guru Melly "Yang pengen jadi Sutradara” (Nggak sekalian artisnya Bu? Hehe). Ada juga dari Bu Guru Icha "Yang pengen jadi Penulis kayak Raditya Dika ato Dewi Lestari". Berikutnya ada kepunyaan dari Bu Guru Cocha "Yangg pengen jadi Photo Editor/Perawat". Selanjutnya dari Bu Guru Rihna "Yangg pengen jadi Bidan". Dan satu lagi kepunyaan Bu Guru Nur Indah "Yang katanya pengen punya Butik". Dan masih banyak lagi yang lainnya. Tapi tunggu, kayaknya kelewatan satu nie. Itu yang kertas warna hijau masa nggak di baca? Sebentar-sebentar Admin liat dulu. "Gimana cara bacanya ya? Tulisan abstrak gini?", batin Admin. "Ini tulisan apa gambar cacing Fi?", tanya Admin bingung n mulai membuka kamus barangkali Rafi menulis memakai abjad baru. "Ahh Min Dian nie", jawab Rafi malu-malu. Admin, “???”
Dan matahari pun terbenam, kini berganti malam. Semuanya masih berkumpul sambil memegang kertas. Mereka semua berkumpul sambil memegang kertas masing-masing.
"Untuk semuanya, coba perhatikan kertas masing-masing", pinta Bu Kepsek.
Mereka pun mencoba melihat-lihat kertas yang di pegang. All, “???”
"Coba liat di bagian bawahnya", seru Bu Kepsek.
Mereka mencoba meneliti bagian bawah kertas. All, “???”. "Kertasnya seperti dobel?", seru yang lain. "Iya, memang agak tebal sie?", sahut yang lain.
"Eh bica di buka?", batin Rafi. Karna penasaran Rafi mencoba melihat isi dalam kertas itu. Saking penasarannya sampe kepala Rafi masuk ke dalam dan? "Mamaaaaa...maaaaaa...!!!”, teriak Rafi histeris sambil mengapai-gapaikan tangan karna kepalanya masuk ke dalam n nggak bisa lepas.
Raput+All, “???”. Raput segera menghampiri Rafi n membantu melepas kertas itu. "Kenapa bisa begini?", tanya Putri panik.
Semuanya mencoba melihat keadaan Rafi.
"Hah? Kenapa Rafi bisa masuk ke lampion?", seru Bu Kepsek saat melihatnya.
"LAMPION...????", seru semuanya sambil melihat ke arah Bu Kepsek.
Bu Kepsek, “???”
Beberapa saat kemudian.
"Maaf saya tidak memberitahukan sebelumnya, sebenarnya yang kalian pegang itu bukan sembarang kertas tapi lampion", Bu Kepsek mencoba menunjukkan gimana sebenernya fungsi dari kertas itu. Semuanya menyimak dengan serius. Sementara Rafi, dia sedang di gendong Mamanya. Rafi memeluknya dengan erat plus ekpresi muka mewek karna masih trauma ama kejadian barusan.
"Terus lampion ini buat apa Bu?", tanya salah satu Guru. Bu Kepsek pun tersenyum menyeringai mendengarnya.
All, “???”
Dan akhirnya, terlihat semua sibuk ama lampionnya. Mereka semua mencoba menyalakan api di tengah lampion n di bantu yang lain agar memeganginya.
Rafa mencoba menyalahkan api ke lampion Rafi sementara Putri membantu memeganginya.
"Owh?", Rafi memperhatikan dengan seksama di sebelahnya. "Kenapa di kacih api Pa? Nanti kalo telbakal gimana?", tanya sie Unyil.
"Biar bisa terbang sayang", jawab Papanya.
"Owh telbang?", ulang Rafi. "Telbang ke angkasa Pa?", tanyanya lagi.
"Iya", jawab Rafa.
"Lafi boleh ikut Pa?", tanyanya lagi.
Raput saling memandang, “???”
Dan beberapa saat kemudian. Semuanya sudah memegang lampion yang menyala sehingga terlihat cahaya warna-warni di tepi pantai. Mereka mencoba memegangnya dengan erat karna takut terbang duluan, secara mereka lagi nunggu aba-aba dari Bu Kepsek karna mereka akan menerbangkannya bersama.
"Lampion Lafi...lampion Lafi", kata Rafi girang sambil loncat-loncat melihat lampionnya menyala.
"Bagus nggak Fi?", tanya Rafa sambil memegangi lampion Rafi ama Putri yang berdiri di sebelahnya.
"Bagus Pa, bagus kayak balon", jawab Rafi terkagum-kagum. Rafa tersenyum mendengarnya.
Dan akhirnya waktu yang di tunggu pun datang.
"Angkat semua lampionnya ke atas", pinta Bu Kepsek n semua melakukannya dengan hati-hati. "Semoga semua cita-cita yagn di tulis, baik yang sudah di sebutkan ato belum, semoga semuanya terkabul n menjadi kenyataan, AMIN...", ucap Bu Kepsek sambil melihat ke arah lampion dengan tatapan sayu n di ikuti oleh lainnya. "Semoga semua harapan n cita-cita terwujud bersama terbangnya lampion kita", ucapnya lagi.
"AMINNNNNN...!!!", jawab semuanya kompak.
"Baiklah, mari kita hitung mundur bersama-sama, di mulai dari angka lima", ajak Bu Kepsek.
"LIMA...!!!", teriak mereka bersama-sama. "EMPAT...!!!", melihat sebuah harapan di kertas lampion. "TIGA...!!!", jangan takut untuk bermimpi. "DUA...", semua apa yang di kerjakan dengan sungguh-sungguh pasti ada hasilnya. "SATU...", cita-citaku terbanglah ke langit tertinggi. Perlahan semua melepas lampion ke udara.
"Wah telbang....telbang", suara Unyil yang girang bukan main.
Perlahan lampion warna-warni itu terbang bersama-sama ke udara. Semua melihat ke atas dengan takjub.
"Terbanglah cita-citaku”, Rafa juga nggak mau kalah pengen menerbangkan lampionnya. Buru-buru dia mempersiapkannya dengan di bantu Putri. Dan akhirnya lampion Rafa pun terbang kemudian di susul punya Putri.
"Holeeeee....telbang...telbang...", teriak Rafi loncat-loncat.
Mereka semua bertepuk tangan sambil mendongak ke atas melihat lampion warna-warni yang terbang ke udara bersama-sama.
"Wah, bagus ya Pa?", kata Putri yang berdiri di sebelah Rafa.
"Iya, bagus sekali Ma", jawab Rafa sambil melihat ke arah langit.
Sementara Rafi berdiri di depan mereka sambil nunjuk-nunjuk ke atas.
"Kalo boleh tau, sebenarnya apa cita-cita Papa?", tanya Putri yang masih nggak bisa melepaskan pandangan ke arah lampion-lampion itu.
"Kasih tau nggak ya?", jawab Rafa bikin Putri langsung menoleh ke arahnya. "Kalo ku kasih tau...takutnya Mama kecewa", jawab Rafa sambil melihat ke arah langit.
Putri, “???”. Putri mendekati Rafa n berdiri di depannya. "Maksudnya?", tanya Putri melihat ke arah Rafa. Dan kini mereka berhadapan n saling memandang satu sama lain.
"Cita-citaku sebenarnya adalah...? Di masa depan aku ingin sekali bertemu dengan seseorang...", jawab Rafa tersenyum.
"Siapa?", tanya Putri penasaran.
"Ada deh", jawab Rafa.
"Siapa?", tanya Putri lagi.
Rafa mendekati wajah Putri. "Menurut Mama?", tanya Rafa.
"Linda?", jawab Putri ragu.
"Misal jawaban Mama betul gimana?", tanya Rafa dengan ekspresi serius menatap mata Putri.
Seketika Putri berdiri mematung n nggak tau mesti berbuat apa. Putri menatap dalam ke arah Rafa n rasanya pengen menamparnya. Rafa makin maju seperti memang sengaja menantang Putri. Dan akhirnya Putri pergi dari hadapan Rafa dengan perasaan kecewa.
Beberapa saat kemudian. Terlihat Putri sedang berdiri sendirian di tepi pantai yang tempatnya agak jauh dari tempat pesta lampion. Tatapan matanya kosong ke arah laut di depannya. Suasana sunyi, cuma terdengar suara bunyi ombak. Dan tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang. Putri segera menoleh. "Lepasin...!!!", tolak Putri saat Rafa memeluknya. Tapi Rafa tak menggubris, dia malah makin erat memeluknya. "Lepasin nggak?", Putri berusaha melepaskan diri. Rafa malah menaruh dagunya di pundak Putri.
Putri, “???”
"Jika suatu hari nanti Papa meninggal n di hidupkan lagi di masa yang akan datang..."
Putri masih berusaha melepaskan diri.
"Aku ingin di pertemukan lagi dengan seseorang..?", sambung Rafa.
"Udah, lepasin! Aku nggak mau dengar!", berontak Putri.
"Aku pengen ketemu Mama lagi...", bisik Rafa di telinga Putri.
Seketika Putri mematung.
"Mau nggak Mama ketemu Papa lagi di kehidupan yang akan datang?", tanya Rafa melihat ke arah Putri dari samping.
Putri perlahan menoleh ke arah Rafa.
"Bukan orang lain, tapi Mama", bIsik Rafa lembut sambil melihat wajah Putri.
"Ciyusss Pa?", tanya Putri.
"Emm, lebih dari pada sebelumnya", jawab Rafa tersenyum kemudian mengecup bibir Putri. Putri pun tersenyum.
Selang kemudian. Terlihat mereka masih bersama. Rafa masih memeluk Putri dari belakang n Putri bersandar ke Rafa.
"Kalo cita-cita Mama apa?", tanya Rafa sambil melihat ke arah laut.
"Emm kasih tau nggak ya?", jawab Putri mengulang kata Rafa.
Rafa tersenyum mendengarnya kemudian pura-pura membuang muka.
"E...e...sebenernya..", kata Putri sambil buru-buru memegang wajah Rafa agar tidak berpaling darinya.
Rafa pun melihat ke arah Putri.
"Sebenernya harapan Mama..?", jawab Putri melihat ke arah Rafa sambil memegang wajah Rafa. Kini mata mereka saling beradu. "Jika suatu hari nanti Papa hilang ingatan..", ucap Putri.
Rafael, “???”
"Meski kecil kemungkinannya tapi Mama berharap, Papa nggak akan lupa kalo pernah mencintai Mama", bisik Putri.
Rafa menatap sayu ke arah Putri. "Ciyussss Ma?", tanya Rafa lirih.
"Emm, lebih dari pada iklan kartu seluler", jawab Putri tersenyum kemudian mengecup bibir Rafa kemudian tersenyum.
Rafa memeluk erat Putri n mereka saling menyandarkan kepala sambil melihat lampion warna-warni di langit.
Beberapa saat kemudian. Raput sudah bergabung kembali bersama para Guru n Rafi. Mereka semua berkumpul di tepi pantai sambil menikmati indahnya pesta lampion. Tapi tunggu-tunggu...? Apa itu yang kelap kelip di antara kerumunan? Cob kita dekati...? "Ehehehe....", kalo dari ketawanya sie kayak mirip Mak Lampir. Eh bukan, mirip sie Unyil maksudnya.
"Ehehehe...", ada suara nggak ada orangnya. "Ehehehe...", ulang Rafi biar di ketahui keberadaannya. "Ehehehe...", oww ternyata di situ to?. "Ehehehe...", kata Rafi manggut-manggut di atas pundak Papanya(di gendong di pundak Papa). "Ehehehe...".
Kenapa lagi Fi? Kan tante udah tau Rafi sekarang dimana.
"Ehehehe....", Rafi nunjuk-nunjuk ke mukanya.
Oww, kacamata Fi?
Rafi manggut-manggut semangat.
Oww, ternyata yang tadi kelap-kelip tu kacamatanya Rafi yang supergede. Bahkan lebih gede dari pada muka Rafi yang bentuknya love warna pink. Eh ternyata kalo malam bisa nyala kelap-kelip lho.
"Ehehehe...", Rafi bangga memamerkan kacamatanya yang bisa nyala sambil melambaikan tangan.
"Dadah tante/om, makacih udah mau baca story ini mulai awal hingga akhil. Dadah, love love muach", Rafi pun tersenyum.

-The end-
special thanks to:

RAPUTERS and 
Putri Maslahat(Melly Moela)

-Troubel maker-

Fiction Story By Diandra Rafa